Setiap manusia diciptakan
di dunia ini pasti dilengkapi dengan sebuah akal, tidak akan ada manusia yang
tercipta di bumi tanpa di bekali sebuah akal. Akan tetapi yang membadedakan
disini, kecil besarnya kapasitas yang diberikan pada setiap manusia pasti
berbeda-beda. Akal juga menjadikan
pembeda dengan ciptaan lainnya yang ada di bumi ini, contohnya hewan, tumbuhan
yang tidak dibekali dengan akal. Oleh sebab itu sudah semestinya manusia yang
di bekali akal bisa digunakan untuk berfikir. Manusia berfikir dalam rangka
mengembangkan pengetahuan dan mempelajari apa yang belum belum diketahui di
dunia ini. Ada banyak pengetahuan yang tersebar di dunia ini dan banyak hal
yang bisa dipelajari. Selagi masih ada kehidupan di dunia ini masih banyak
pengetahuan yang tersebar dan belum di ketahui. Seperti Ibnu Sina yang dengan
berfikir berhasil menemukan ilmu kedokteran modern yang terkenal pada zaman itu
. Atau Eistein yang dengan berfikir kerasnya berhasil menemukan teori
relatifitas. Sudah seharusnya manusia yang ada didunia mampu mengunakan akalnya
untuk memfikir suatu hal, yang mana dengan befikir itu akan mampu mengembangkan
pengetahuan yang belum dia miliki.
Salah
satu yang membuat manusia berfikir adalah ketika manusia memandang sesuatu hal
yang ada disekitarnya, apa yang dilihat akan menyalurkan respon kepada akal,
dan akallah yang akan menfasirkan apa yang telah dia lihat. Seperti salah satu
aliran filsafat emprisme dengan tokohnya David Hume (1711-1776), menegaskan
panca indra adalah sumber ilmu (Empirisisme)(Adnin Armas, 2006). Hume
beranggapan bawasanya dengan panca indra kita bisa menemukan ilmu. Disini tentu
saja dengan memandang apa yang ada disekitar kita maka kita akan berfikir suatu
hal tersebut. Setelah kita memandang suatu hal sampai menghasilkan ilmu, di tengah kedua itu terdapat sebuah
proses yang mana sering kita sebut berfikir. Ketika kita memandang banyak hal
yang ada di seluruh dunia ini, pasti aka terdapat banyak proses-proses yang
terjadi dalam akal manusai. Sehingga akan banyak hasil dari sebuah
pemikiran-pemikiran dari setiap manusia. Tergantung seberapa besar pengaruh
pemikirannya terhadap pemikiran manusia yang lainnya. Sehingga akan disebut
sebuah pemikiran yang besar apabila, pemikirannya berhasil merubah sesuatu,
ataupun berhasil mempengaruhi banyak manusia. Seperti pemikiran sebuah negara
yang komunis, nasionalis, otoriter, dan hasil pemikiran-pemikiran yang lainnya.
Ataupun dalam lingkup
yang lebih kecil dan lebih kongkrit dalam lingkup mahasiswa ataupun akademisi,
orang yang sedang berproses di dalam lingkungan akademik di tuntut untuk
menghasilkan (karya) sesuatu yang mana itu merupakan representasi dari ptoses
yang di jalani di lingkungan akademik. Dalam hal ini dikarenakan manusia yang
ada di dalam lingkungan akademik merupakan manusia-manusia yang memang berniat
konsen/fakus untuk mempelajari dan mendalami suatu bidang ilmu tertentu.
Contohnya saja ketika seorang sarjana yang akan selesai menempuh prosesnya
dilingkungan akademik, mereka di tuntut untuk membuat skripsi. Sekripsi
merupakan karya ilmiah berdasarkan karya hasil penelitian lapangan atau berupa
paparan tulisan hasil penelitian sarjana(S1) yang membahas suatu
permasalahan/fenomena dalam bidang ilmu terentu. Setiap manusia yang dibekali
akal untuk berfikir sudah seharusnya dimasa hidupnya bisa menghasilkan sebuah
karya. Karya yang di maksud dalam essay di sini adalah sebuah karya tulisan.
IMM (Ikatan Mahasiswa
Muhammadiyah) ialah organisasi mahasisa islam yang memiliki hubungan struktural
dengan organisasi Mihammadiyah dengan kedudukan sebagai organisasi otonom.
Memiliki tujuan terdentuknya akademisi islam yan berakhlak mulia dalam rangka
mencapai tujuan Muhammadiyah. Keberadaan IMM diperguran tinggi Muhammadiyah
telah di atur secara jelas dalam qoidah pada bab 10 pasal 39 ayat 3; “
Organisasi Mahasisw yang ada di dalam Perguruan Tinggi Muhammadiyah adalah
Senat Mahasiswa dan Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM)” sedangkan di kampus
perguruan tinggi lainnya, IMM bergerak dengan status organisasi extra-kampus
sama seperti HMI ataupun KAMMI , yang beranggota para mahasiswa.
Selain itu, dalam
mencapai tujuan Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) yang telah disebutkan
diatas, IMM memilki Tri Kompetensi Dasar, yaitu Religiusitas (agama),
Intelektualitas, Humanitas (kemasyarakatan). Religiusitas, sebagai organisasi
islam yang berisikan nilai-nilai keagamaan, IMM akan senantiasa memberikan
pembaharuan keagamaan yang menyangkut pemahaman pemikiran dan realisasinya
dalam kehidupan. Intelektualitas, dalam tataran intektual IMM berproses
untuk menjadi “centre o excelent”. Pusat-pusat keunggulan terutama pada sisi
intelektual. Organisasi IMM diharapkan mampu menjadi sumber ide-ide segar
pembaharuan. Humanitas, perubahan tidak dapat terwujud hanya dengan
segudang konsepsi. Kader IMM harus senantiasa berorentasi objektif, agar
idealitas dapat terwujud dalam realitas. Namun perlu dicatat membangun
peradaban tidak dpat dilakukan sendiri, dalam arti kita harus menerima dialog
dab bekerjasama dengan kekuatan lain dalam berjuang.
Setiap kader IMM di
tuntut untuk berproses dan menghasilkan dalam hal ini yaitu sebuah karya tulis.
Karena dalam hal ini kader juga bagian dari manusia yang dibekali sebuah akal
untuk berfikir atas apa yang mereka pandang, yang di gunakan untuk berproses
dalam rangka mengasilkan sebuah karya baik itu kecil maupun besar. Disisi lain,
salah dari Kompetensi Dasar IMM adalah intelektualitas, yang mana setiap kader
IMM harus bisa menjadi sumber ide-ide segar pembaharuan.
Membaca dalam kamus KBBI
adalah melihat serta memahami isi dari apa yang tertulis. Buku adalah cendela
ilmu, proses dan hasil-hasil dari pemikir yang besar akan tertuang dalam
buku-buku, menjadikan buku sebagai cendela ilmu. Terdapat banyak ilmu-ilmu dan
pemikiran yang sudah di bukukan, baik yang berkaitan dengan sosial, sains,
kesehatan, keagamaan, motivasi, sejarah, dll. Tidak di pungkiri juga
sumber-sumber bacaan selain dari buku, seperti dari e-book, jurnal, artikel
dari internet. Ketika kita membaca suatu buku kita akan menemukan
pengetahuan-pengetahuan baik yang sudah pernah kita ketahui ataupun belum.
Sebab itulah menjadikan budaya sebagai pola hidup keseharian kader akan
berdampak positif dalam intelektualitasnya. Tetapi masih minimnya ghiroh kader
IMM dalam membaca menjadikan kendala yang sangat besar dalam mengembangkankan
intelektual. Tentu kita akan temui pada mayoritas kader-kader IMM akan masih
minimnya budaya membaca dalam kehidupan sehari-hari. Mungkin, banyak faktor
yang menjadikan kader-kader IMM masih minim semangat untuk membaca, diantaranya
yaitu, a) Tidak adanya waktu membaca, karena sibuknya dengan tugas kuliah
ataupun tugas tiap proker organiasasi IMM, b) kurangnya sumber bacaan, c) kader
bingung akan apa yang mau dibaca, d) ketidak pahaman ataupun kebingungan dalam
memahami apa yang di baca, e) Belum menemukan buku yang cocok untuk di baca, f)
malas, Dll. Banyaknya kendala yang di hadapi setiap kader dalam membaca, kalau
kita perhatikan secara detail lagi mungkins setiap kader dengan kader yang lain
pasti memiliki kendala dalam membaca.
Masih minimnya budaya
membaca berdampak masih sangat minimnya juga setiap kader menghasilkan sebuah
karya tulis. Dengan kita membaca maka kita akan mengirim respon ke akal
sehingga membuat akal memikirkan ayang baru dibaca, ibarat kalau kita membaca
seperti kita sedang menyimpan file-file pengetahuan apa yang sedang kita baca.
Sedangkan ketika kita menulis, ibarat kita sedangkan mengeluarkan file-file
yang ada dalam fikiran kita dalam bentuk sebuah goresan tinta, jadi ketika para
kader IMM masih minim membaca sudah pasti bisa dipastikan akan berdampak minim
juga karya akan yang di hasilkan. Kader yang sudah membudayakan dirinya membaca
kadangkala masih kesulitan dalam mengeluarkan file-file yang tersimpan dalam
akalnya. Sebenarnya masalah membaca dan menulis merupakan masalah yang pasti
ada, baik dari tingkat komisariat IMM sampai pimpinan pusat IMM. Masih minimnya
karya yang di hasilkan oleh kader-kader Imm dalam hal kepenulisan.
Melihat
masih banyak tugas kita sebagai kader dalam meningkatkan Tri Kompetensi Dasar
IMM. Terutama dalam kompetensi Intelektualitas, yang terfokus pada hal
meningkatkan spirit/ ghiroh membaca dan menulis bagi setiap kader. Diantara
saran yang ingin saya sampaikan yaitu,
a. Ketika
kendalanya masih dalam hal minimnya spirit membaca, maka yang harus kita
upayakan adalah peningkatan semangat dalam membaca. Sehingga setiap kader bisa
menemukan kebahagian ketika membaca buku, dan akan membuatnya bersedih ketika
tidak membaca buku. Hal yang mungkin gampang-gampang susah untuk di
realisasikan. Hal yang perlu kita gak akan bisa selesaikan membaca berjilid-jilid
buku tanpa kita memulai dengan membaca lembar pertama. Jadi pertama yang
harus kita lakukan adalah mendorong setiap kader untuk memulai membaca buku
saat ini juga, lebih bagus lagi kalau kita tawarkan buku yang bisa mereka baca.
Jangan tunda-tunda lagi untuk membaca, kalau saat ini bisa kenapa masih
menunggu nanti. Walaupun mungkin kita mulai dengan buku yang ringan-ringan dulu
aja biar para kader mendapatkan kenyamanan dalam membaca buku. Jangan sampai
baru awal membaca para kader sudah di sajikan dengan bacaan yang berat, itu
akan berdampak terhapak minat membaca meraka akan turun. Kedua, ketika
kader sudah mulai membaca kita harus seering mungkin memantau perkembangan
mereka dalam bacaannya, sudah meningkat belum?ada yang ingin di sampaikan?.
Kalau sudah berkembang minatnya membaca kita tinggal menawarkan buku bacaan
yang para kader inginkan. Jadi penyediaan buku bacaan sangat penting untuk
meningkatkan minat mereka. Ketiga, kalau sudah seperti itu mulailah
mendorong para kader untuk lebih mengexplore bacaannya terhadap ilmu ataupun
yang ingin mereka dalami. Dengan cara mengoleksi atau memiliki buku-buku
tersebut. Sebenarnya point yang paling penting adalah tahapan pertama dan kedua
yaitu memulai dengan istiqomahan
b. Kalaupun
kendalanya dalam penulisan, maka itu masih bisa kita latih dengan syarat kita
mau berlatih. Jadi point-point yang mungkin dapat membuat para kader berelatih
dalam menulis yaitu,
1. Ketika kita
sudah membudayankan membaca buku sebagai pola hidup, maka cobalah untuk
menggaris bawahi sekiranya hal penting atapun kita tidak pahami. Ataaupun lebih
bagus lagi kalau kita tulis dalam buku, jadikan kita menyediakan satu buku
untuk menulis hal-hal yang sekiranya penting. Setelah itu coba kita kembangkan
hal-hal yang kita tulis itu menyandikan sebuah paragraf.
2. Ketika kita
sudah biasa menyediakan waktu untuk menulis, cobalah kita menyediakan waktu
setelah membaca untuk menulis apa yang kita pahami dalam bacaan tadi. Ya
walaupun berawal dari satu lembar dua lembar, tapi itu merupakan awal kita
untuk menghasilakan sebuah karya yang berlembar-lembar ataupun berjilid-jilid.
3. Hal yang kadang
di lupakan, mencoba menulis sekarang juga. Tidak ada kata terlambat untuk
belajar menulis.
By: Yza nak desa
0 komentar:
Posting Komentar